In My Opinion......

"If becoming "religious" has made you more judgmental, rude, harsh, a backbiter, you need to check if you are worshiping God or your ego."@YasminYonis

Barusan streaming salah satu channel tv yang nayangin penggrebekan pasangan pra-nikah di kamar kos oleh aparat negara. I dont know bout you but menurut gue ini lucu. Iya, lucu. Segitu nggak ada kerjaan kah sampe-sampe polisi ngurusin yang kayak gitu? Karena pasal 284 KUHP (CMIIW, niat banget googling) yang mengatur tentang hubungan di luar nikah bilang yang jadi kasus adalah kalo salah satunya udah punya pasangan resmi, atau masih dibawah umur). I mean, gue sama sekali nggak bilang itu baik, tapi... itu privasi mereka kan? Mereka ngelakuinnya atas dasar suka sama suka, bukan di bawah umur dan bukan di area publik. Nggak ada yang dirugiin dan nggak ada paksaan. Dan tiba-tiba ada orang asing maen nyelonong aja masuk kamar bawa-bawa kamera. Lo bayangin aja deh :))

Oke, gue emang nyolot. Dan ngebaca pendapat orang-orang di kolom komentar video tersebut bikin gue tambah sebel. Cuma karena salah satu sisi jelek mereka ketahuan, mereka kemudian di-judge habis-habisan oleh para penulis komentar yang ngerasa dirinya udah paling bener, seolah-olah si pasangan ini sepanjang hidupnya selalu berbuat dosa dan nggak ada baik-baiknya.

Let's not talk about religion. Karena bukan kapasitas kita buat ngehitung dosa orang, kan? Mereka udah gede dan pasti ngerti sama yang mana yang dosa dan yang nggak. And they decided to do it walaupun mereka tau itu dosa. Jadi dosa mereka mah nggak perlu capek2 kita yang mikirin. Dan pada akhirnya, we are all the sinners in our own way. Hanya karena kita nggak ngelakuin yang begitu, bukan berarti kita terlepas dari dosa yang lain kan?

Makin gede, gue belajar buat makin open minded sama segala hal. Belajar buat ngehargai perbedaan. Hanya karena cara pandang kita nggak sama dengan seseorang, bukan berarti kita berhak nge-judge dia. Stop nyinyirin orang. Stop merendahkan dan berpikiran bahwa mereka yang udah nggak virgin masa depannya suram (seriously, itu nggak ada korelasinya :)) Stop memandang jijik gay, lesbian, dan orang-orang yang menyimpang dari norma-norma yang ada. Setidaknya mereka udah berani buat jujur. I'M TOTALLY AGAINTS, BUT I'M RESPECT. Yah walaupun harus diakui emang susah karena kita tinggal Indonesia. Yang masih menjunjung tinggi nilai ketimuran, yang ibu-ibunya masih doyan banget ngegosip. Sekali lagi, terlepas dari dosa yang jadi urusan masing-masing individu dengan Tuhan, jadi apapun adalah hak siapapun, dan Tuhan adalah sebaik-baiknya hakim :)

Ps: This is only my opinion, don't judge me if it doesn't same with yours ;)

Kamis, 13 Agustus 2015 di 8/13/2015 07:49:00 AM , 0 Comments

Memaksakan Untuk Tetap Tinggal Ketika Dia Enggan Adalah Sia-sia.

Memaksakan untuk tetap tinggal ketika dia enggan adalah sia-sia. Mungkin akan terdengar jahat, mengingat semua usahamu untuk membuatnya bisa bertahan sampai sejauh ini. Tetapi, adakah yang lebih menyakitkan dari berjuang sendirian saat tidak ada lagi yang ingin diperjuangkan? Tidak ada. Sesekali cobalah tanya pada dirimu, apa yang kau takutkan untuk sekedar melepasnya. Mungkin saja ketakutanmu hanya tentang kebiasaan. Kau hanya telah terbiasa bersamanya. Kau hanya takut, tanpa dirinya ritme hidupmu tidak akan sama lagi.

Ya, tentu saja. Menjalani hidupmu yang tanpa ada dia didalamnya tidak akan pernah sama rasanya. Tetapi tidak ada cara terbaik untuk merubah kebiasaan selain menggantikannya dengan kebiasaan baru. Tidak ada yang salah dari memulai dari awal lagi. Kau hanya perlu membiasakan hidup barumu yang tanpanya. Meyakinkan dirimu bahwa semuanya akan baik-baik saja, ada atau tanpanya.

Kenangan itu mungkin akan terlalu sulit untuk sekedar diabaikan. Setiap inci dari semestamu seakan mengabarkan bahwa dia pernah ada disini, sangat dekat denganmu. Hingga kau bisa merasakan hembusan nafasnya. Hingga seolah-olah jantungnya yang berdetak dalam tubuhmu. Kau sebenarnya tidak sendirian berjuang untuk melupakan. Di sudut sana, dia pun sedang berusaha. Bedanya, dia yang memilih untuk mengakhiri. Bedanya, dia yang akan menanggung semua rasa bersalahnya, sementara kau tidak.

Dan pada akhirnya, tidak ada yang benar-benar bisa menyembuhkan setiap luka selain waktu. Kelak, suatu hari nanti, saat kau berpapasan dengannya disuatu sudut jalan, kau akan mengembangkan senyum tulusmu. Semua patah hati yang kau lalui telah menjadikanmu pribadi yang lebih baik. Kelak, kau akan menyadari bahwa semua kenangan yang pernah kau tangisi begitu dalamnya saat ini, hanyalah bagian dari proses Tuhan untuk mendewasakanmu. Dan saat kau mengingat kenangan itu kembali, kau akan menyadari. Bahwa untuk sebuah kisah yang telah usai, tak perlu ada kebencian lagi di dalamnya.

Jumat, 20 Februari 2015 di 2/20/2015 02:54:00 PM , 0 Comments