Hujan belum juga tiba. Ia belum menyapa genting-genting yang berdebu. Atau sekedar memberi salam pada jalanan aspal yang menguap. Hujan tidak ada di ujung ranting pohon. Ia juga tidak bersembunyi dibalik daun-daun. Pohon jati meranggas. Ia rindu hujan. Begitupun para bocah ojek payung itu. Begitupun tanaman hias rumah kami. Begitupun aku.
Ah hujan, tahukah berapa lama kau tidak berkunjung? Pun sudah lama rasanya aku tidak termenung dibalik jendela. Menikmati pantulan lampu jalan di kaca yang berembun, sembari menyaksikan tetesmu membawa separuh muramku pergi. Sudah berapa lama kau membiarkanku memendam sendiri cerita-ceritaku? Banyak hal yang tak kau ketahui tentang hidupku semenjak kau tak rajin datang berkunjung.
Atau sudah bosankah kau mendengar semua keluhanku? Ya, mungkin sudah terlalu banyak cerita yang kau dengar sepanjang jalan menuju kotaku. Tak mengapa, biarlah kau datang tanpa perlu kubebani lagi. Biarlah kau melenggang bebas. Biar aroma khasmu saja yang menjadi sedikit penghiburku. Biar langit kelabu itu bisa kupandangi lagi. Biar aku tahu, pelangi mana lagi yang akan kau ajak ikut bersamamu.
-ARF